Setelah
satu bulan lamanya tak bersua dengan anak-anak jalanan binaan Rumah Belajar
Cinta Damai (RBCD), kini rindu itu terbayarkan dengan berkunjung ke Bola
Masagenae (Sekertariat RBCD) di tanggal 15 Agustus 2020. Hati rasanya senang
dan kembali bersemangat ketika berjumpa, apalagi ketika mereka sesekali
tersenyum dan terlihat bersemangat disela-sela latihan baris-berbaris
mempersiapkan upacara 17 Agustus 2020. Pelaksana Upacara tahun ini merupakan
kolaborasi antara anak binaan RBCD dengan Forum Anak Kota Parepare. Kolaborasi
kami lakukan karena belum semua anak binaan kami bisa membaca, mereka saat ini
masih dalam proses berliterasi dengan CALISTUNG, oleh karena itu kami hanya
mempercayakan pengibaran bendera dan
pemimpin upacara kepada mereka. Hari itu mereka latihan sampai pukul 18.00, yah
melebihi dari waktu biasanya mereka kami antar pulang. Mereka kembali antusias
karena sebelum pulang kami menyampaikan bahwa esok hari kami akan menjemput
mereka lebih awal Pukul 15.00 supaya perlombaan 17 Agustus bisa cepat dimulai.
Keesokan
harinya, ternyata di pukul 13.00 sudah ada beberapa anak yang datang ke Bola
Masagenae tanpa dijemput oleh kakak-kakak relawan, mereka datang dengan naik
ojek dan setia menunggu sampai teman-teman yang lain datang. Sembari menunggu,
saya lantas mengajak mereka bercerita. Salah satu yang menjadi sasaran saya
adalah Dandi, anak jalanan yang selama ini kami kenal biasa menggunakan lem fox
dan hanya meminta-minta dijalanan kini membuat saya takjub karena ternyata dia
sudah tidak menggunakan lem fox dan memilih untuk berjualan jalangkote. Dia
lebih senang berjualan karena selama ini ketika anak-anaka jalanan hanya
meminta-minta disekitaran lampu merah dan pelabuhan Kota Parepare terkadang
mereka harus saling mengumpat ketika SATPOL-PP kembali mengadakan penertiban.
Dalam hati saya berkata “syukurlah anak ini telah berubah dan memang secara
fisik dia terlihat lebih segar dibandingkan pada waktu dia masih menggunakan
lem fox”. Saya kemudian kembali menanyakan pendapatan dia perharinya ketika
berjualan dan ternyata rata-rata setiap harinya dia bisa menjual sampai 100
biji jalangkote dan diupah dengan 25.000. Pendapatan setiap harinya sebagian
mereka tabung dan sisanya digunakan untuk keperluan sehari-hari karena dia
hanya menumpang hidup dirumah temannya karena orang tuanya tinggal di Malaysia
dan dia tidak mau tinggal dengan kakaknya karena kalau tinggal dengan kakaknya
dia hanya akan disuruh meminta-minta dijalanan.
Saya
juga bertanya kepada dia aktivitas setiap malamnya dan ternyata rata-rata dia
hanya menghabiskan waktu malamnya sepulang dari kerja hanya dengan bermain game
diwarnet dan bahkan bisa sampai dini hari. Mendengarkan pernyataan tersebut
saya lantas menawarkan kepada dia untuk mengganti waktu main gamesnya dengan
memberinya buku untuk ditulis kembali karena dia dengan umurnya yang sudah 12
tahun masih terbata-bata membaca dan syukurnya dia langsung mengatakan “Saya
Siap mengganti waktu bermain games ku kalau itu demi untuk berlajar”.
Mendengarkan dia mengeluarkan pernyataan itu sontak membuat saya berkata
“betul-betul anak ini memiliki semangat yang kuat untuk berubah dan belajar”.
Percapakan kami terhenti ketika anak-anak yang lainnya sudah datang dengan
kakak-kakak relawan dan bersiap untuk mengikuti perlombaan.
Perlombaan yang diadakan tidak hanya melibatkan anak-anak jalanan tapi kami berusaha melibatkan anak-anak dari Ibu Alumni IKA SMAN 1 Kota Parepare, tetangga sekitar bola masagenae, dan para keluarga kakak-kakak relawan kurir langit dan relawan RBCD. Pelibatan mereka semua agar tidak memandang sebelah mata anak-anak jalanan. Mereka semua bisa saling berteman dan peduli dengan sesama, oleh karena itu perlombaan yang kami buat disetiap kelompoknya kami baurkan antara anak jalanan dengan anak-anak lainnya supaya timbul hubungan emosional dan ternyata mereka bisa saling bekerja sama menyelesaikan pertandingan.
Kecerian
anak-anak kembali terlihat dan terdengar ketika mereka semua mendapatkan
tentangan hadiah untuk dibawah pulang sebagai bentuk apresiasi atas hasil
kerjannya. Semarak 17 Agustus tahun ini betul-betul terasa di Bola Masagenae
meskipun sesekali menghela napas karena kecapaian mengatur jalannya perlombaan
tapi semua itu terbayarkan ketika semua tema-teman relawan dan adek-adek bisa
bersuka ria.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 18.00 dan kakak-kakak relawan bergegas mengambil motor
dan mengatarkan kembali adek-adek untuk ketempat mereka mengais rezeki di
jalanan. Sebelum mereka pulang kami mengingatkan kembali bahwa besok mereka
kami akan jemput jam 08.00 pagi karena upacara akan dilaskanakan jam 10.00, dan
ternyata ada beberapa diantara mereka yang minta izin untuk dijemput agak
lambat karena ada kapal yang bersandar dipelabuhan jam 08.00 dan mereka harus
bekerja terlebih dahulu baru kemudian bisa ke Bola Masagenae.
Dandi
yang sudah kelihat kalang kabut karena belum mendapatkan giliran untuk diantar
pulang, karena sudah dari jam 15.00 dia berencana pulang untuk berjualan tapi
ternyata memilih tinggal untuk ikut perlombaan dengan teman-temannya. Akhirnya
saya berinisiatif untuk mengantarnya pulang karena dia sudah mau cepat-cepat
pergia jualan. Dijalan saya kembali bertanya kepada dia tentang keinginannya
untuk bersekolah, dan ternyata dia sangat ingin bersekolah. Usianya yang
setahun lagi cukup untuk masuk SMP, kembali mengusik saya untuk bertanya,
“Apakah dia ingin bersungguh-sungguh belajar dan ingin sekolah di SMP?”,
teranyata dia menjawab “Saya mau sekolah di SMP, karena saya bercita-cita ingin
menjadi polisi”. Jawabannya kemudia membuat saya berpikir untuk merundingkan
dengan kakak-kakak relawan lainnya untuk membuat suatu program agar adek-adek
binaan yang sudah cukup umur dan mahir CALISTUNG untuk kami prioritaskan dibina
agar mereka bisa mengkuti jalur ujian Paket C dan bisa kami fasilitasi untuk melanjutkan
pendidikannya di bangku SMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar