Trauma?, “Entahlah, Kak”. Jawaban
anak-anak jalanan yang melakoni pekerjaan meminta dilampu merah perempatan
Lapangan Andi Makkasau Kota Parepare. Saya jadi teringat beberapa bulan yang
lalu ketika hari ulang tahun Kota Parepare kami mengajak anak-anak ini
berkunjung ke pameran beberapa Dinas Pemerintahan Kota Parepare di Lapangan
Andi Makassau untuk mengenalkan kepada mereka beberapa profesi yang bisa mereka
lakoni dimasa depannya sebagai suatu motivasi agar mereka mau terus untuk
beajar. Salsa salah seorang diantara mereka ketika melihat orang berpakaian
seragam SATPOLPP sontok mengatakan kepada kami “Kak, itu orang-orang yang biasa
tangkap ki dijalanan”. Saya kemudian bertanya kembali kepada dia, “Kenapa na
tangkap ki”, salsa kembali menjelaskan kepada kami bahwa mereka akan ditangkap
oleh SATPOLPP ketika dijalanan mereka meminta-minta tapi ketika mereka
dijalanan dengan membawa barang jualan, maka mereka tidak akan ditangkap.
Mendengar pernyataan tersebut saya
langsung berinisiasi untuk menyampaikan ke teman-teman relawan agar membuat
suatu program wirausaha ke adek-adek dengan memberikan kepada mereka barang
berupa tissu untuk dijual dijalanan supaya mereka masih bisa mencari uang
tanpa harus berurusan dengan SATPOLPP tapi salah satu teman relawan waktu itu
masih ragu dengan ide tersebut karena takutnya komunitas kami dicap sebagai
pengeksploitasi anak dengan memanfaatkan mereka untuk berjualan. Ide itu
kemudian tidak dilanjutkan lagi dan adek-adek masih dengan pekerjaannya.
Padahal mereka sudah sangat bersemangat ketika ditawarkan untuk menjual produk.
Miris memeng rasanya ketika anak-anak
ini dituntut menjadi tulang punggung keluarga. Beberapa minggu yang lalu ketika
saya mengantarkan mereka pulang dari belajar ke lokasi kerjanya. Saya sempat
bercerita sedikit dengan mereka dan bertanya uang yang mereka dapatkan
sebernanya itu untuk apa?. Yah, ada yang menjawab bahwa setiap hari dia harus
mendapatkan uang 50.000 agar bisa melunasi hutang ibunya dan yang lainnya
menjawab bahwa dia ketika tidak membawa pulang uang, maka harus rela tidur di
pinggir warkop karena tidak diizinkan masuk rumah. Hati ini rasanya meronta
ketika mendengar jawaban-jawaban mereka.
Anak-anak yang sejatinya masih dibawah
lindungan pemerintah, tapi kok rasa-rasanya mereka tidak mendapatkan haknya.
Sekolah yang nyatanya gratis tapi kok malah banyak diantara mereka yang justru
diberhentikan oleh orang tuanya karena alasan terkendala biaya.
Semalam mendengar kabar bahwa mereka
kembali diamankan oleh SATPOLPP, barulah kemudian menyadarkan kami kembali
bahwa mereka memang harus kami berikan bekal untuk bisa mandiri dengan
berdagang dan tidak lagi meminta dijalanan. Saya terkadang heran juga, ketika
mereka ditangkap oleh SATPOLPP mereka hanya akan dibawa ke Dinas Sosial untuk
diberikan pengarahan dengan memanggil orang tua mereka dan setelah itu
dipersilahkan untuk pulang.
Saya kembali berpikir, kok pihak
pemerintah utamanya Dinas Sosial tidak bekerjasama dengan beberapa dinas
terkait untuk memberikan kompetensi kepada orang tua mereka agar mereka tidak
lagi mengeksploitasi anak-anaknya. Memang rata-rata jawaban pihak terkait bahwa
kelompok masyrakat marginal pada umumnya keras kepala dan malas bekerja, akan
tetapi itu kan menjadi tantangan Pemerintah Kota untuk memberikan pendampingan
dan mengubah pola kebiasaannya. Mereka memang tidak akan berubah ketika hanya
dengan pendekatan normatif tapi yang mereka butuhkan adalah pendekatan rasa
membutuhkan satu sama lainnya. Sikap peduli dan merasakan gelisahan mereka bisa
saja menjadi suatu solusi.
Semoga apa yang kami rencanakan untuk membekali adek-adek dengan barang dagang tidak dijadikan oleh masyrakat sebagai bentuk pengekspolitasian kami kepada mereka sembari kami mengasah kompetensi orang tuanya dengan social entrepreneur. Harapan besar kami untuk mereka, semoga mereka bisa merasakan kehidupan yang layak kembali mengenyam pendidikan dan bisa meraih cita-citanya karena sudah ditopang oleh perekonomian keluarga yang memadai.
Setiap minggu selalu ada cerita dari kalian yang mengajarkan kepada kami semua kakak-kakak relawan untuk selalu bersyukur dan terus bersemangat untuk bekerja. Kemandirian telah mendikte kalian menjadi orang-orang hebat, banyak diantara kalian yang sedari kecil tidak bisa merasakan pelukan orang tua dan bahkan sampai saat ini masih terus menunggu janji orang tua untuk datang mengunjungi kalian. Jadilah manusia yang berguna bagi sekeliling kalian dan kelak kalian akan merasakan hidup yang layak.
Teruslah bersemangat adik-adik ku senyum
mu mengisyaratkan banyak harapan dan semangat hidup untuk terus berjuang.