Halaman 1

Kamis, 03 September 2020

KAMI INGIN HIDUP LAYAKNYA ORANG LAIN


Trauma?, “Entahlah, Kak”. Jawaban anak-anak jalanan yang melakoni pekerjaan meminta dilampu merah perempatan Lapangan Andi Makkasau Kota Parepare. Saya jadi teringat beberapa bulan yang lalu ketika hari ulang tahun Kota Parepare kami mengajak anak-anak ini berkunjung ke pameran beberapa Dinas Pemerintahan Kota Parepare di Lapangan Andi Makassau untuk mengenalkan kepada mereka beberapa profesi yang bisa mereka lakoni dimasa depannya sebagai suatu motivasi agar mereka mau terus untuk beajar. Salsa salah seorang diantara mereka ketika melihat orang berpakaian seragam SATPOLPP sontok mengatakan kepada kami “Kak, itu orang-orang yang biasa tangkap ki dijalanan”. Saya kemudian bertanya kembali kepada dia, “Kenapa na tangkap ki”, salsa kembali menjelaskan kepada kami bahwa mereka akan ditangkap oleh SATPOLPP ketika dijalanan mereka meminta-minta tapi ketika mereka dijalanan dengan membawa barang jualan, maka mereka tidak akan ditangkap.

Mendengar pernyataan tersebut saya langsung berinisiasi untuk menyampaikan ke teman-teman relawan agar membuat suatu program wirausaha ke adek-adek dengan memberikan kepada mereka barang berupa tissu untuk dijual dijalanan supaya mereka masih bisa mencari uang tanpa harus berurusan dengan SATPOLPP tapi salah satu teman relawan waktu itu masih ragu dengan ide tersebut karena takutnya komunitas kami dicap sebagai pengeksploitasi anak dengan memanfaatkan mereka untuk berjualan. Ide itu kemudian tidak dilanjutkan lagi dan adek-adek masih dengan pekerjaannya. Padahal mereka sudah sangat bersemangat ketika ditawarkan untuk menjual produk.

Miris memeng rasanya ketika anak-anak ini dituntut menjadi tulang punggung keluarga. Beberapa minggu yang lalu ketika saya mengantarkan mereka pulang dari belajar ke lokasi kerjanya. Saya sempat bercerita sedikit dengan mereka dan bertanya uang yang mereka dapatkan sebernanya itu untuk apa?. Yah, ada yang menjawab bahwa setiap hari dia harus mendapatkan uang 50.000 agar bisa melunasi hutang ibunya dan yang lainnya menjawab bahwa dia ketika tidak membawa pulang uang, maka harus rela tidur di pinggir warkop karena tidak diizinkan masuk rumah. Hati ini rasanya meronta ketika mendengar jawaban-jawaban mereka.

Anak-anak yang sejatinya masih dibawah lindungan pemerintah, tapi kok rasa-rasanya mereka tidak mendapatkan haknya. Sekolah yang nyatanya gratis tapi kok malah banyak diantara mereka yang justru diberhentikan oleh orang tuanya karena alasan terkendala biaya.

Semalam mendengar kabar bahwa mereka kembali diamankan oleh SATPOLPP, barulah kemudian menyadarkan kami kembali bahwa mereka memang harus kami berikan bekal untuk bisa mandiri dengan berdagang dan tidak lagi meminta dijalanan. Saya terkadang heran juga, ketika mereka ditangkap oleh SATPOLPP mereka hanya akan dibawa ke Dinas Sosial untuk diberikan pengarahan dengan memanggil orang tua mereka dan setelah itu dipersilahkan untuk pulang.

Saya kembali berpikir, kok pihak pemerintah utamanya Dinas Sosial tidak bekerjasama dengan beberapa dinas terkait untuk memberikan kompetensi kepada orang tua mereka agar mereka tidak lagi mengeksploitasi anak-anaknya. Memang rata-rata jawaban pihak terkait bahwa kelompok masyrakat marginal pada umumnya keras kepala dan malas bekerja, akan tetapi itu kan menjadi tantangan Pemerintah Kota untuk memberikan pendampingan dan mengubah pola kebiasaannya. Mereka memang tidak akan berubah ketika hanya dengan pendekatan normatif tapi yang mereka butuhkan adalah pendekatan rasa membutuhkan satu sama lainnya. Sikap peduli dan merasakan gelisahan mereka bisa saja menjadi suatu solusi.

Semoga apa yang kami rencanakan untuk membekali adek-adek dengan barang dagang tidak dijadikan oleh masyrakat sebagai bentuk pengekspolitasian kami kepada mereka sembari kami mengasah kompetensi orang tuanya dengan social entrepreneur. Harapan besar kami untuk mereka, semoga mereka bisa merasakan kehidupan yang layak kembali mengenyam pendidikan dan bisa meraih cita-citanya karena sudah ditopang oleh perekonomian keluarga yang memadai.

Setiap minggu selalu ada cerita dari kalian yang mengajarkan kepada kami semua kakak-kakak relawan untuk selalu bersyukur dan terus bersemangat untuk bekerja. Kemandirian telah mendikte kalian menjadi orang-orang hebat, banyak diantara kalian yang sedari kecil tidak bisa merasakan pelukan orang tua dan bahkan sampai saat ini masih terus menunggu janji orang tua untuk datang mengunjungi kalian. Jadilah manusia yang berguna bagi sekeliling kalian dan kelak kalian akan merasakan hidup yang layak.

Teruslah bersemangat adik-adik ku senyum mu mengisyaratkan banyak harapan dan semangat hidup untuk terus berjuang.

 


 

KAMI INGIN HIDUP LAYAKNYA ORANG LAIN

Trauma?, “Entahlah, Kak”. Jawaban anak-anak jalanan yang melakoni pekerjaan meminta dilampu merah perempatan Lapangan Andi Makkasau Kota...